Di sebuah institut bernama 'Titian Ilmu', ada seorang pemimpin yang dikenal dengan nama Ibu Kartika. Ia adalah pemimpin yang cerdas dan berwibawa, namun di balik citra itu, ia memegang teguh keyakinan bahwa kekuasaan adalah haknya. Ibu Kartika tidak suka berlama-lama dengan musyawarah mufakat, baginya, keputusan terbaik adalah yang berasal dari pikirannya sendiri.
Suatu hari, ketika Titian Ilmu sedang menghadapi masalah keuangan yang serius, seluruh staf berinisiatif untuk mengadakan pertemuan. Mereka ingin bersama-sama mencari solusi, mendiskusikan berbagai ide, dan menemukan jalan keluar terbaik untuk institusi mereka.
Ibu Kartika menyambut inisiatif ini dengan senyum yang ramah, namun di dalam hatinya ia berpikir, "Mereka tidak tahu apa yang saya tahu, bagaimana mungkin mereka bisa menyelesaikan masalah sebesar ini?"
Ia mengumpulkan beberapa orang kepercayaannya, "rapat" dalam lingkaran kecilnya. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengamini setiap keputusannya.
"Ini bukan waktunya untuk berlama-lama, kita harus segera mengambil tindakan," ujarnya.
"Namun, Ibu, bagaimana dengan musyawarah dengan seluruh staf? Banyak dari mereka yang memiliki ide brilian, bahkan bisa jadi ada solusi yang tak terpikirkan oleh kita," ujar salah satu stafnya.
Ibu Kartika tersenyum, "rapat itu sudah kita lakukan, ini yang terbaik," jawabnya.
Ia memutuskan untuk memotong beberapa program yang dianggapnya tidak memberikan keuntungan langsung, tanpa mendengar suara dari staf yang terlibat di dalamnya. Keputusan tersebut diambil begitu saja, membuat beberapa staf kecewa, sedih, dan merasa tidak dihargai.
Ada beberapa laki-laki yang juga mampu memimpin di sana, mereka memiliki wawasan yang luas dan mau berdiskusi dengan semua orang. Namun, mereka tidak diberi kesempatan.
Ibu Kartika melanjutkan kepemimpinannya dengan keyakinan, "Beginilah jika pemimpin perempuan, saya harus menunjukkan bahwa saya mampu, lebih dari mereka."
Namun, sayangnya, ia lupa, kekuasaan bukan tentang menunjukkan siapa yang lebih hebat, tetapi tentang mendengarkan, menghargai, dan merangkul semua orang untuk meraih satu tujuan bersama. Keputusan yang hanya berdasar pada pemikiran segelintir orang tidak akan mampu membangun sebuah institusi yang kokoh.
Setiap orang yang bekerja di Titian Ilmu adalah bagian dari tubuh institusi itu sendiri. Memutus salah satu bagiannya sama saja dengan mengorbankan keseimbangan dan keberlanjutan.
Kita semua berharap, suatu hari nanti, akan ada pemimpin yang berani melepaskan ego pribadinya, yang mau membuka ruang seluas-luasnya bagi setiap suara, dan yang percaya bahwa kekuatan sejati bukan pada kekuasaan, tetapi pada kebersamaan.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin Tiktok @EfriDeplin juga YouTube Efri Deplin dan MrDeplinChannel. Terima kasih semoga menginspirasi.