Post Page Advertisement [Top]

 


Pak Harjo dan Janji-Janji Manis

Di warung kopi Pak Juri, Pak Harjo adalah rajanya. Bukan raja dalam hal kaya, melainkan raja dalam hal bicara. Bualannya tak ada yang menandingi. Setiap duduk di sana, selalu ada saja janji manis yang keluar dari mulutnya.


"Lihat saja, sebentar lagi saya jadi kepala desa. Jalan kampung ini, pasti saya aspal semua. Percaya sama saya!" katanya sambil menepuk dada.


Warga kampung manggut-manggut. Bukan karena percaya, tapi lebih karena sudah hafal kelakuan Pak Harjo. Mulutnya memang licin, pandai sekali "mencari aman". Setiap ada masalah, Pak Harjo selalu bisa memutarbalikkan fakta demi kepentingan pribadinya.


Suatu hari, ada proyek perbaikan irigasi desa. Warga bergotong royong. Pak Harjo datang, dengan senyum ramah yang dibuat-buat.


"Tenang, bapak-bapak! Saya sudah bicara dengan kontraktornya. Saya jamin, nanti upah kerja bakti ini akan dibayar dobel. Saya yang urus!" ucapnya lantang.


Warga yang awalnya lesu, langsung semangat. Mereka bekerja keras, membayangkan upah tambahan untuk kebutuhan keluarga. Sejak itu, Pak Harjo sering mondar-mandir di lokasi proyek, sok sibuk mengawasi, padahal hanya untuk pamer. Ia juga tak segan memuji-muji kepala proyek di depan banyak orang. "Pak Budi ini memang hebat, saya kenal betul sama beliau. Bekerja dengan hati!" kata Pak Harjo sambil menepuk pundak Pak Budi, seolah mereka sahabat karib.


Padahal, di belakang Pak Budi, Pak Harjo pernah bilang, "Ah, Pak Budi itu cuma boneka. Yang pegang kendali ya saya. Tanpa saya, proyek ini enggak akan jalan." Begitulah Pak Harjo, seorang penjilat sejati, di depan memuji, di belakang menikam.


Waktu berlalu, proyek selesai. Saat warga menagih janji upah dobel, Pak Harjo tiba-tiba menghilang. Ponselnya tidak aktif. Warung kopi Pak Juri pun mendadak sepi dari kehadirannya. Warga mulai curiga. Pak Budi yang merasa difitnah akhirnya angkat bicara.


"Saya tidak pernah janji apa-apa soal upah dobel. Itu murni ucapan Pak Harjo," jelas Pak Budi di balai desa.


Warga yang mendengarnya langsung geram. Mereka merasa dibohongi mentah-mentah. Upah yang mereka terima ternyata hanya upah standar, tanpa ada tambahan sepeser pun.


Beberapa hari kemudian, Pak Harjo muncul kembali di warung kopi. Wajahnya santai, seolah tak terjadi apa-apa. Ketika seorang warga bertanya tentang janji upah dobel, Pak Harjo hanya tertawa.


"Ah, itu kan cuma strategi, Mas! Supaya bapak-bapak semangat kerjanya. Kalau saya tidak bilang begitu, mana mau kalian kerja keras?" jawabnya enteng, tanpa sedikit pun rasa bersalah.


Warga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Mereka sadar, Pak Harjo memang pandai membual dan mencari aman. Dia akan berjanji jika ada untungnya, dan melupakan segalanya saat janji itu harus ditagih.


Sejak kejadian itu, tidak ada lagi yang percaya dengan bualan Pak Harjo. Julukan "Si Mulut Manis Pembual" pun melekat erat padanya. Ia tetap datang ke warung kopi, tetap dengan cerita-cerita hebatnya, namun kini tak ada lagi yang mendengarkan dengan serius. Semua janji manisnya hanya dianggap sebagai angin lalu, sama sekali tidak berarti. Mereka tahu, Pak Harjo memang pandai berbicara, tapi tidak pernah bisa membuktikan ucapannya. Ia adalah contoh nyata dari seorang yang gemar berjanji namun melupakan segalanya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin Tiktok @EfriDeplin juga YouTube Efri Deplin dan MrDeplinChannel. Terima kasih semoga menginspirasi.

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib