Post Page Advertisement [Top]

#BobeOneWeekNulis#efri #efri19#iduladha

Idul Adha dan Kurban Sebagai Sarana Mendekatkan diri pada Allah SWT



Alhamdulillah pada kesempatan ini saya ingin mengupas makna dari Idul Adha yang menjadi sarana mendekatkan diri pada Allah SWT. 

PENGERTIAN IDUL ADHA

Idul Adha (Arab: عيد الأضحى‎) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim, yang bersedia untuk mengorbankan putranya untuk Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh-Nya dengan domba. Wikipedia. 

Idul Adha yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan Hari Raya Haji, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih tidak berjahit. Pakaian ihram tersebut melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. semuanya merasa sederajat tanpa memandang status sosial. Bertujuan yang sama yakni mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Idul Adha dinamakan juga ibadah Haji karena semua umat muslim sedunia melaksanakan haji dan wuquf di Arafah. Lebih dari 20 juta umat Islam melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya. Berkumpul karena ingin membuktikan kecintaan kepada Rabb semesta Alam dengan bertawaf, sai, melempar jumroh serta wuquf pada puncak ibadah haji di Arafah. Sebuah sistem ibadah yang sempurna dan multitalenta pelaksananya. Karena ibadah Haji juga membutuhkan fisik dan psikis juga ekonomi yang benar-benar matang. Semoga saudara-saudara semuanya diberikan kemudahan dalam berhaji dan bergelar taqwa, semoga kita semua umat Islam diberikan kemudahan dalam menunaikannya.


Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Foto by Google

Kisah nabi Ibrahim dalam surat Ash Shooffaat ayat 101 sampai ayat 107 dikisahkan, setelah Nabi Ismail tumbuh dewasa Nabi Ibrahim mendatanginya untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menyembelih Nabi Ismail, anak kandungnya sendiri. 

فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ

(Bahasa Indonesia)
Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 101

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

(Bahasa Indonesia)
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 102

فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ

(Bahasa Indonesia)
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 103

وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ

(Bahasa Indonesia)
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 104

قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ

(Bahasa Indonesia)
sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 105

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ

(Bahasa Indonesia)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 106

وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ

وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ

(Bahasa Indonesia)
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 107

Foto by. Google

Allah SWT juga menegaskan dalam dua ayat selanjutnya untuk kita menjadikan pedoman sebagai contoh dalam beribadah kepada Allah SWT

(Bahasa Indonesia)
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 108

سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ

(Bahasa Indonesia)
”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”

-Surat Ash-Shaffat, Ayat 109


Dalam kisah yang lain disebutkan bahwa berdasarkan al-Qur’an ayat yang mengisahkan Qabil dan Habil adalah surat al-Maidah [5] ayat 27-31. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), “Aku pasti membunuhmu!.” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.” Maka hawa nafsunya (Qabil) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya. Sebab itu, dibunuhlah ia (Habil). Maka jadilah ia (Qabil) seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya (Habil). Berkata Qabil, “Aduhai celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu, jadilah dia (Qabil) seorang di antara orang-orang yang menyesal.

Dalam kisah ini ada erat hubungannya dengan ibadah kurban dan keikhlasan. Diantaranya adalah

1. Habil seorang peternak yang baik ketika ingin mempersembahkan kurban kehadapan Allah SWT maka dipilihnya lah ternak yang bagus, gemuk dan sehat.

2. Qabil seorang petani sayur awalnya berfikir bahwa Allah SWT tidak membutuhkan sayuran dan tidak membutuhkan makan, maka dia pilihkan kurban sayuran dan hasil bumi yang tidak baik.

3. Keikhlasan kedua orang dalam tokoh di atas tidak lain adalah ujian untuk melihat bagaimana kesungguhan ibadah dan keikhlasan.

4. Dari kurban yang disampaikan maka jelas sekali pemahaman keduanya berbeda sehingga menghasilkan output yang berbeda pula.

5. Allah SWT menerima kurban terbaik dari Habil dan tidak menerima yang buruk dari Qabil.

6. Qabil marah dan menaruh dendam sehingga terjadilah pertumpahan darah.

Secara luas kurban dari kisah Habil dan Qabil adalah untuk melihat bentuk kedekatan mereka kepada Allah SWT. Begitu juga dengan kita yang menjadi ummat setelahnya, kurban yang dilakukan adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Rabb semesta Alam.

Demikian artikel ini dibuat semoga menambah wawasan dan referensi dalam memaknai kurban dan haru raya id Adha.

Tulisan ini dipublikasikan dan dibuat dalam rangka #BobeOneWeekNulis  Blogger Bengkulu Bulan Agustus 2019 dengan tema Hari Raya Idul Adha.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin87 juga YouTube Efri Deplin. Terima kasih semoga menginspirasi.

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib