Pengalaman Seru Lomba Puisi Nasional
ini sungguh sebuah kejutan. Setelah sekian lamamungkin tahunan pena saya hanya
terdiam dan formulir lomba hanyalah kenangan, akhirnya saya memutuskan untuk
kembali. Rasanya seperti menghidupkan kembali mesin yang karatan. Tekanan deadline
yang mepet, ditemani tema provokatif, "Poem
of Tesseract," benar-benar memaksa saya keluar dari zona nyaman.
Lebih dari sekadar tantangan, momen ini adalah ajang pembuktian diri bahwa
semangat lama itu belum padam. Sungguh sebuah petualangan yang mendebarkan,
menguji apakah kata-kata masih bersedia mengalir dari "ruang
terdalam" setelah sekian lama sunyi.
Dimensi Baru dalam "Poem of
Tesseract"
Kisah ini bisa dibilang belum sempurna dan matang, melainkan bermodal adrenalin dan sedikit keberanian atau mungkin juga bisa dibilang nekat ya. Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk ikut serta dalam sebuah event menulis Puisi Nasional dengan tema yang sungguh memancing rasa penasaran: "Poem of Tesseract." Bagian yang nekat itu, seperti yang saya sebutkan, adalah saya baru ikut mengirimkan naskah tepat pada perpanjangan waktu deadline yang saya kejar adalah 23 November 2025 Pukul 23.59 WIB.
Sensasi
kejar tayang ini, melawan jarum jam yang terus berdetak menuju detik-detik
terakhir di bulan November, ternyata menjadi katalis yang kuat. Saya dipaksa
untuk tidak hanya menulis dengan tergesa, tetapi juga menyelam ke kedalaman
konsep yang ditawarkan, karena waktu untuk keraguan nyaris tidak ada.
Tesseract Sebuah Gerbang Metaforis di Tengah Keterbatasan
Waktu
Langkah pertama dalam proses kreatif ini adalah menyelami istilah "Tesseract" itu sendiri. Saya menyadari bahwa dalam konteks kompetisi menulis puisi, istilah ini tidak digunakan sebagai tema wajib yang kaku, melainkan sebagai sebuah metafora, sebuah kiasan yang membuka pintu interpretasi tanpa batas.
Secara
harfiah, Tesseract adalah konsep
dari geometri. Ia adalah bangun ruang dimensi empat, padanan matematis dari
kubus tiga dimensi. Ini adalah ikon dari sesuatu yang beyond melampaui
pemahaman dimensi kita yang terbatas, sering dikaitkan dengan perjalanan antar
dimensi, ruang, dan waktu, seperti yang kita lihat dalam Marvel Cinematic
Universe atau novel A Wrinkle in Time.
Menariknya,
urgensi deadline keterbatasan waktu di dunia nyata justru membuat konsep
waktu tanpa batas dalam
Tesseract terasa jauh lebih mendalam. Di saat saya berlomba dengan tanggal 23 November, saya harus menciptakan
sebuah karya yang secara puitis mampu melampaui waktu itu sendiri.
Dari
pendalaman inilah saya menemukan harta karun berupa hal-hal baru di setiap diksi yang muncul di benak saya. Tesseract
tidak lagi sekadar bentuk matematis namun ia menjelma menjadi peta jalan menuju
inti terdalam dari kreativitas saya.
Menafsirkan Undangan "Poem of Tesseract"
Panitia penyelenggara secara cerdas menafsirkan konsep ini, dan inilah inti dari ajakan mereka, yakni "Poem of Tesseract" diartikan sebagai ajakan kepada peserta untuk menulis puisi dari 'ruang terdalam' mereka, tempat di mana 'kata, waktu, dan rasa bertemu tanpa batas'."
Ini
mengubah seluruh perspektif saya. Ini bukan tentang menulis puisi tentang
Tesseract, namun ini adalah tentang menggunakan Tesseract sebagai kunci untuk membuka dimensi keempat dalam
karya sastra. Saya harus menemukan tempat di mana keterbatasan waktu
(Pukul 23.59 WIB) menjadi tidak relevan, yaitu di dalam "ruang
terdalam" emosi dan gagasan yang otentik.
- Ruang Terdalam: Merujuk pada relung jiwa, ingatan, emosi yang paling
jujur. Puisi harus datang dari tempat yang paling otentik, terlepas dari
tekanan deadline.
- Waktu Tanpa Batas: Inilah yang paling relevan.
Kemampuan puisi untuk melompati masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam
satu bait. Momen yang abadi, diciptakan hanya beberapa menit sebelum 23.59 WIB.
- Kata dan Rasa Tanpa Batas: Pembebasan dari struktur konvensional dan pencapaian kompleksitas pengalaman manusia yang multidimensi.
Dengan
demikian, saya dapat menyimpulkan bahwa maksud utama di balik penggunaan nama
"Poem of Tesseract" adalah untuk
mendorong penulis mengeksplorasi kreativitas tanpa batas dan menghadirkan
dimensi baru dalam karya sastra mereka, bukan merujuk pada tema tertentu yang
harus diikuti. Ini adalah panggilan untuk melampaui batas kubus tiga
dimensi pemikiran kita.
Proses Kreatif di Tengah Adrenalin Puncak
Mengejar deadline yang mepet, terutama di menit-menit terakhir sebelum 23.59 WIB, ternyata memiliki efek samping yang positif. Tidak ada waktu untuk keraguan, tidak ada ruang untuk terlalu banyak mengedit. Yang ada hanyalah dorongan murni untuk menuangkan apa yang telah saya selami. Konsep Tesseract memaksa saya untuk berpikir secara non linear. Saya mencoba menggabungkan ide, emosi, dan kilasan memori dalam satu momen puitis, menciptakan sebuah jalinan diksi yang harapannya menghasilkan makna yang lebih besar dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Saat
itu, fokus saya terbagi antara merangkai diksi terbaik dan melirik jam yang
terus mendekati menit terakhir hari 23
November 2025. Saya merasa seperti seorang arsitek yang sedang merancang
bangunan empat dimensi karena setiap kata harus memiliki bobot spasial,
resonansi temporal, dan kedalaman emosional. Puisi yang tercipta adalah hasil
dari dialog intens antara diri saya (si 'peserta'
yang bergegas melawan waktu) dan konsep filosofis Tesseract (si 'metafora' yang membebaskan). Dalam
'ruang terdalam' itu, saya menemukan sebuah keheningan di tengah hiruk pikuk deadline,
tempat di mana kata-kata yang paling jujur akhirnya muncul ke permukaan.
Sebuah Awal Baru yang Tak Terduga
Hari pengumuman tiba. Jujur, dengan kondisi pengiriman yang serba mendesak di penghujung 23 November, saya hanya berharap partisipasi saya dapat tercatat sebagai pengalaman berharga. Namun, takdir berkata lain.
Tepat pada hari pengumuman, ternyata saya menang
dong. Masya Allah Tabarakallah.
Kabar
ini bukan hanya kejutan, tetapi juga sebuah validasi yang mengharukan. Memang,
saya tidak meraih posisi Juara 1, namun pencapaian ini jauh lebih berharga
daripada sekadar angka. Kemenangan ini adalah simbol yang melampaui skor saya.
Ia membuktikan bahwa dorongan di ambang batas (deadline final) dan
eksplorasi konsep Tesseract dapat menghasilkan karya yang autentik dan diakui.
Ini
adalah peresmian. Ini adalah momentum pengakuan bahwa perjalanan menyelam ke ruang
terdalam saya telah menghasilkan mutiara, membuktikan bahwa tekanan waktu
tidak selalu merusak, melainkan dapat memurnikan fokus.
Lebih dari Sekadar Kemenangan, Ini adalah Bangkit Kembali
Melihat
ke belakang, saya menyadari bahwa kemenangan ini adalah lebih dari sekadar nama
yang tertera dalam daftar pemenang. Bagi saya, ini sepertinya awal baru untuk bangkit "kembali".
Dalam
dunia literasi, kita semua pasti mengalami masa-masa surut. Keikutsertaan yang
tergesa-gesa ini, diiringi penemuan mendalam tentang Tesseract, telah
menyuntikkan energi baru. Kemenangan, sekecil apa pun posisinya, adalah sebuah
pengingat bahwa potensi itu tidak pernah hilang, hanya tertidur. Tantangan
mengejar deadline 23 November
2025 adalah pemicu yang dibutuhkan.
Tesseract,
sebagai metafora, kini memiliki makna baru dalam hidup saya. Ia bukan hanya
tentang ruang dan waktu dalam fiksi, melainkan tentang:
- Melampaui Batas Waktu, Keterbatasan waktu nyata
(seperti deadline) harus memicu pembebasan dalam waktu puitis
(Tesseract).
- Kekuatan Metafora, Bagaimana sebuah konsep
matematis yang kompleks dapat menjadi alat yang ampuh untuk memicu
kreativitas sastra.
- Validasi Diri, Pengakuan dari luar sering kali menjadi pemicu yang kita butuhkan untuk mempercayai suara di dalam diri kita sendiri.
Kini,
dengan antologi puisi yang akan diterbitkan, dan bangkitnya semangat menulis,
saya merasa siap untuk menjelajahi lebih banyak dimensi dalam dunia literasi. Poem
of Tesseract telah memberi saya lebih dari sekadar kemenangan kompetisi. Ia
memberi saya sebuah filosofi baru dalam berkarya. Masuklah ke ruang terdalammu, biarkan kata, waktu, dan rasa bertemu, dan
ciptakan dimensi yang belum pernah ada sebelumnya.













No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin Tiktok @EfriDeplin juga YouTube Efri Deplin dan MrDeplinChannel. Terima kasih semoga menginspirasi.