Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan
desiran kecewa di dada. Malam ini, niat suci untuk berbagi setetes kehidupan
harus tertunda. Sejak pulang sekolah tadi siang, pikiranku sudah terfokus pada
satu tujuan: mendonorkan darah di PMI. Bakda Maghrib, tanpa membuang waktu, aku
langsung melesat menuju sana, dengan semangat membara dan hati penuh harap bisa
sedikit membantu sesama. Namun, takdir berkata lain.
Petugas PMI tersenyum ramah, namun sorot
matanya mengandung sedikit penyesalan saat menyampaikan hasil pemeriksaan.
"Maaf, Mas, HB-nya rendah. Belum bisa donor hari ini." Kata-kata itu
terasa seperti embun dingin yang memadamkan api semangatku. Seketika, aku
teringat beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebabnya.
Malam sebelumnya, rumahku gelap gulita karena
mati lampu. Aku terpaksa begadang, menyelesaikan beberapa urusan yang tak bisa
kutunda. Akibatnya, tidurku kurang berkualitas, mungkin hanya beberapa jam
saja. Otakku masih terasa berat, dan tubuhku belum sepenuhnya pulih dari
kelelahan. Selain itu, aktivitas harian yang padat juga ikut andil. Sepulang
sekolah, aku langsung disibukkan dengan berbagai kegiatan tanpa sempat
beristirahat sejenak. Tenagaku seolah terkuras habis, dan mungkin tubuh ini
memang belum siap untuk berbagi.
Petugas itu melanjutkan penjelasannya dengan
lembut, seolah memahami kekecewaan yang kurasakan. "Jangan dipaksakan,
Mas. Tujuan utama donor darah itu kan untuk meningkatkan HB pasien. Kalau HB
pendonornya saja rendah, untuk apa didonorkan? Nanti malah merugikan Mas-nya
sendiri, juga tidak maksimal untuk pasien." Ada benarnya kata-kata beliau.
Logikaku menerima, tapi jiwaku meronta. Keinginan untuk menolong begitu kuat,
membayangkan wajah-wajah cemas keluarga pasien yang mungkin sedang menanti
uluran tangan. Namun, akal sehatku mengingatkan bahwa aku juga harus menjaga
diriku sendiri. Tubuh ini butuh istirahat, butuh pemulihan.
Sejak siang tadi, ponselku tak henti-hentinya
berdering. Pesan dan panggilan masuk silih berganti, menanyakan kesiapanku
untuk donor. Aku sudah menjawab "oke, bismillah," dengan keyakinan
penuh akan bisa membantu. Kini, aku harus memberikan kabar yang berbeda.
Rasanya tidak enak hati. Ada beban di pundakku, seolah mengecewakan mereka yang
sudah berharap.
Aku duduk di bangku taman dekat PMI, mencoba
merenungi. Ya, Allah Mahatahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Mungkin tubuhku
memang sedang tidak fit untuk melakukan hal mulia itu. Akan menjadi sebuah
kemaksiatan jika aku memaksakan diri, justru membahayakan kesehatanku sendiri.
Islam mengajarkan untuk menjaga diri, karena tubuh ini adalah amanah dari
Allah.
Aku meraih ponselku, menarik napas dalam-dalam
sebelum mengetikkan pesan permohonan maaf. Jemariku mengetuk-ngetuk layar,
menyusun kata demi kata dengan hati-hati.
"Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh," kuawali pesan itu. "Dengan segala kerendahan hati, saya
ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga
pasien. Niat saya untuk membantu hari ini harus tertunda. Setelah pemeriksaan
di PMI, ternyata kadar HB saya rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan donor darah."
Aku menjelaskan secara singkat alasanku, tanpa
bermaksud mengeluh atau mencari simpati. "Mungkin karena semalam kurang
istirahat akibat mati lampu, juga tubuh saya yang belum sempat pulih dari
kelelahan. Petugas PMI menyarankan agar tidak memaksakan diri, demi kebaikan
saya dan juga demi optimalnya donor darah untuk pasien."
Kemudian, aku menutup pesan itu dengan harapan
dan doa. "Semoga Allah memberikan kesembuhan untuk pasien, dan semoga ada
jalan lain yang lebih baik untuk mendapatkan darah yang dibutuhkan. Jika di
kemudian hari ada kebutuhan lagi dan saya insya Allah sudah siap, mohon jangan
sungkan untuk menghubungi saya kembali. Semoga saya bisa membantu.
Jazakumullahu khairan."
Setelah mengirim pesan itu, aku merasakan
sedikit kelegaan. Setidaknya, aku sudah menyampaikan kabar dengan jujur dan
baik-baik. Aku percaya, keluarga pasien akan memahami. Mereka pasti tahu bahwa
setiap usaha sudah kulakukan.
Malam ini, biarlah
kekecewaan ini menjadi pengingat untuk lebih menjaga diri. Aku harus lebih
memperhatikan pola tidur, memberikan tubuh haknya untuk beristirahat. Aku juga
harus lebih bijak dalam mengatur waktu, agar kelelahan tidak menumpuk. Ini
adalah pelajaran berharga, bahwa niat baik saja tidak cukup tanpa persiapan
fisik yang memadai.
Aku pulang ke rumah dengan langkah yang lebih
ringan. Meskipun targetku untuk mendonorkan darah belum tercapai, setidaknya
aku sudah berusaha dan berniat tulus. Insya Allah, lain waktu aku akan kembali
dengan kondisi fisik yang prima. Semangat untuk menolong sesama takkan pernah
pudar.
Aku berdoa, semoga Allah memudahkan urusan
pasien yang membutuhkan darah, dan semoga mereka segera diberikan kesembuhan.
Dan untuk diriku sendiri, aku berharap bisa segera pulih dan bisa kembali
menjadi bagian dari mereka yang senantiasa ingin menebar kebaikan.
Besok, aku akan beristirahat total. Membiarkan
tubuhku memulihkan diri. Membiarkan pikiranku tenang. Mungkin ini adalah cara
Allah mengingatkanku untuk menyeimbangkan antara keinginan berbuat kebaikan
dengan menjaga amanah tubuh. Insya Allah, ada hari lain, ada kesempatan lain.
Aku akan kembali, dengan HB yang normal, dengan semangat yang membara, dan
dengan izin Allah, bisa berbagi setetes darah untuk mereka yang membutuhkan.
Semoga Allah menerima niat baikku ini, meskipun belum terealisasi hari ini.
Aamiin ya Rabbal Alamin.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin Tiktok @EfriDeplin juga YouTube Efri Deplin dan MrDeplinChannel. Terima kasih semoga menginspirasi.